VALAS.news – Terjadinya konflik internal dalam kubu partai konservatif Inggris, membuat popularitas Perdana Menteri Theresa May makin merosot. Apalagi, beberapa anggota parlemen yang makin tidak percaya dengan kemampuan dan komitmen May.
Saat ini, Inggris diumpakan sebagai orang yang lagi mengalami kebakaran, karena ketidakpastian politik yang makin lama makin berlipat. Sampai sebanyak 40 anggota parlemen konservatif setuju untuk menandatangani nota ketidakpercayaan terhadap kepemimpinan May.
Dengan sentimen ketidakpastian politik ini, nilai tukar poundsterling akhirnya dipengaruhi dan semakin tertekan terhadap mata uang Euro.
Pada perdagangan di pasar spot, Selasa (14/11) Pasangan mata uang EUR/GBP mengalami kenaikan sebesar 0,7% ke level 0,8958. Jika dilihat dalam sepekan terakhir, trend membaik GBP sudah jauh melesat hingga 1,80% dari level sebelumnya 0,8800.
Di sisi lain, perkembangan ekonomi zona Eropa yang cenderung mulai membaik. Apalagi dengan rilis data prelim GDP Jerman dan Italia yang dinilai cukup bagus, masing-masing pada level 0,8% dan 0,6%.
Apalagi, Gubernur European Central Bank, Mario Draghi saat diskusi panel pada konferensi ekonomi akbar di kota Frankfurt, Jerman kemarin sudah mengatakan akan segera menggunakan panduan pasar dalam membuat kebijakan ekonomi sebagai upaya untuk mengejar inflasi.
Adapun Inggris semakin mengalami tekanan karena melesetnya data kinerja Year on Year di indeks harga konsumer (CPI) periode Oktober 2017 ke 3,0%. Termasuk data indeks harga ritel (RPI) tahunan yang bergerak ke 4%. Sehingga Bank of England diprediksi semakin berat untuk menaikkan suku bunga lanjutan.
Untuk perdagangan hari ini, Rabu, (15/11) pasangan mata uang direkomendasikan untuk Buy, dengan titik support di S1 0,888 – S2 0,883 atau S3 0,878. Titik Resistance pada R1 0,906 – R2 0,910 – R3 0,915